Wednesday, June 8, 2016

Asmaul Husna Al Mu'id

Nama Allah, Al Mu'iidu ( المعيد ) dibaca Al Mu'iid termasuk Al-Asma`ul Husna, firman Allah : 
  • Katakanlah : "Apakah di antara sekutu-sekutumu ada yang dapat memulai penciptaannya makhluk, kemudian mengulanlai (menghidupkannya) kembali?” katakanlah : "Allah-lah yang memulai penciptaan  makhluk , kemudian; maka bagaimana kamu di palingkan (kepada menyembah yang selain Allah)?” (Yunus [10] : 34)
  • Sesungguhnya Dia-lah yang menciptakan (makhluk) dari permulaan danmenghidupkannya (kembali). (Al-Buruuj [85] : 13)


Nama Allah, Al Mu'iidu bermakna Yang mengulangi kejadian apa yang sudah rusak atau lenyap. Apa yang sudah ada, lalu menjadi rusak atau lenyap, lalu kemudian diadakan-Nya lagi buat kedua kalinya. Umpamanya manusia yang sudah mati, lalu dihidupkan kembali sebagai kehidupan sekarang ini di akhirat nani.



Demikian pengertian yang terkandung di dalam tiap-tiap nama dari Asmaul-Husna yang amat masyhur itu. Pengertian yang kita terangkan secara ringkas seringkas-ringkasnya. Bila dibentangkan atau diuraikan dengan panjang, maka  nama Allah, Al Mu'iidu tidak cukup dengan sebuah buku tebal seribu halaman, Allah tidak terbatas keagungan, ketinggian, kemuliaan dan kesempurnaa-Nya.

Cara berdoa dengan Nama Allah, Al Mu'iidu dengan ditambahkan kata Jalla Jalaaluhu yang artinya : Mulia kemuliaan-Nya. Misalnya "Ya Mu'iid Jalla Jalaaluhu"

Dia (Allah) yang menyiptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya. Dan bagi-Nyalah sifat Yang Maha Tinggi di langit dan di bumi; dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Ar-Rumm: 27)
Adalah wajar jika manusia bertanya-tanya tentang kehidupannya setelah mati, apakah mereka binasa selamanya atau akankah mereka kembali dihidupkan. Pertanyaan seperti itu tak mungkin bisa dijawab secara memuaskan oleh sains maupun teknologi. Kecerdasan intelektual manusia yang sangat terbatas itu tak mungkin bisa menjawab misteri ini. Itulah sebabnya, Allah mengutus para Nabi dan Rasul serta menurunkan wahyu untuk menjelaskan berbagai masalah ghaib yang terlihat gelap bagi mata telanjang.
Jangankan manusia biasa, Nabi Ibrahim yang disebut sebagai khalilullah, kekasih Allah, yang keyakinan dan keimanannya telah mencapai seratus persen itu masih minta ditunjukkan “simulasi” penciptaan kembali. Allah tidak tersinggung dengan permintaan Ibrahim tersebut, Dia hanya bertanya, apakah kamu kurang percaya? Ibrahim menjawab, bukannya kurang percaya, tapi justru untuk lebih meyakinkan keimananku. Pendek cerita, Ibrahim diperintahkan untuk menangkap beberapa burung, lalu burung-burung itu dicincang-cincang menjadi beberapa bagian. Masing-masing bagian diletakkan di atas bukit, lalu Ibrahim diperintahkan untuk memanggil semuanya. Potongan-potongan daging burung itu lalu menyatu kembali, hidup, dan bisa terbang lagi.
Subhanallah, simulasi tersebut bukan sulap, bukan magic, juga bukan permainan ketangkasan. Melalui simulasi itu Allah hendak meyakinkan manusia bahwa mengembalikan kejadian makhluk-Nya kepada keadaan semula itu lebih ringan daripada membuat materi baru. Walaupun di sisi Allah tidak ada istilah lebih ringan dan lebih berat. Bagi Allah segala kehendak-Nya pasti terjadi. Jika Dia berkehendak, cukup bagi-Nya berfirman “kun” (jadilah), maka jadi.
Kaum musyrikin, sebagaimana juga kaum lain yang tidak mendapat informasi dari Allah melalui wahyu yang diturunkanNya akan terheran-heran jika ada yang menyatakan bahwa ada kehidupan setelah mati. Mereka bertanya-tanya, apakah setelah manusia menjadi tulang belulang, bahkan telah melebur menjadi tanah bisa dihimpun dan dapat hidup lagi? Karena yang merasa heran atas kejadian tersebut bukan hanya kaum musyrik yang hidup pada jaman Nabi, tapi akan selalu ada orang yang bertanya-tanya soal itu hingga akhir zaman, maka al-Qur’an perlu menginformasikannya: “Dan mereka berkata: “Apakah bila kami telah menjadi tulang belulang dan debu, apa benar-benarkah kami akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang baru?” (QS. Al-Isra’: 49)
Pertanyaan yang menggambarkan keraguan, bahkan ketidakyakinan itu jangan dibiarkan. Pertanyaan seperti itu harus dijawab secara tegas melalui argumentasi yang pas dan akurat. Dalam hal ini Allah membimbing Nabi Muhammad untuk menjawab mereka, sebagaimana tertera dalam al-Qur’an:
Katakanlah: “Jadilah kamu sekalian batu atau besi, atau suatu makhluk yang tidak mungkin (hidup) menurut pikiranmu, atau menjadi makhluk lain yang menurut pikiranmu tidak mungkin (bangkit kembali). Mereka akan bertanya, siapa yang akan mengembalikan kami lagi (seperti semula)? Katakanlah, “yang menciptakan pertama kali.” Lalu mereka akan menggelengkan kepala kepadamu dengan mengatakan, “Kapan akan terjadi?” Katakanlah, boleh jadi segera. (QS. Al-Isra: 50 – 51)
Al-Qur’an adalah kalamullah, ia merekam berbagai kejadian masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang. Al-Qur’an juga merekam berbagai gejolak yang timbul dalam benak dan pikiran manusia, baik yang disembunyikan maupun yang dinyatakan. Di antara gejolak pikiran yang timbul berkaitan dengan topik kita kali ini, direkam secara tajam melalui firmanNya:
"Dan (manusia durhaka) membuat perumpamaan bagi Kami, dan dia lupa kepada kejadiannya. Ia berkata, “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang, yang telah hancur luluh?” katakanlah, “Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menyiptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk, yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau itu”. Dan tidaklah Tuhan yang menyiptakan langit dan bumi itu berkuasa menyiptakan kembali jasad-jasad mereka yang sudah hancur itu? Benar, Dia berkuasa. Dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui.” (QS. Yaasin: 78 – 81)
Dialah Al-Mu’id, Tuhan Yang Maha Mengembalikan. Masih adakah keraguan dalam pikiran dan perasaan kita? Mudah-mudahan kita kembali ke jalan yang lurus. (Hamim Thohari)

0 komentar:

Post a Comment

◄ Newer Post Older Post ►
 

Copyright 2012 Asma'ul Husna Seo Elite by BLog BamZ | Blogger Templates